Kamis, 19 November 2015

Metode Decline Curve Analysis


Metode decline curve merupakan salah satu metode untuk memperkirakan besarnya cadangan minyak berdasarkan data-data produksi setelah selang waktu tertentu. Syarat utama pemakaian metode ini adalah laju produksi telah menurun yang disebabkan oleh keadaan reservoir bukan karena turunnya kemampuan alat produksi. Penurunan laju produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah mekanisme pendorong, tekanan, sifat fisik batuan dan fluida reservoir.
Pada dasarnya perkiraan jumlah cadangan hidrokarbon, yaitu minyak atau gas menggunakan metode decline curve adalah untuk memperkirakan hasil ekstrapolasi (penarikan garis) yang diperoleh dari suatu kurva yang dibuat berdasarkan plotting antara data produksi atau produksi kumulatif terhadap waktu produksinya. Beberapa tipe grafik yang dapat digunakan untuk peramalan cadangan dan produksi hidrokarbon adalah :
1. Laju produksi terhadap waktu (q vs t)
2. Laju produksi terhadap produksi kumulatif (q vs Np)
3. Persen minyak terhadap produksi kumulatif (% vs Np)
4. Produksi kumulatif gas terhadap produksi kumulatif minyak (Gp vs Np)
5. Tekanan reservoir terhadap waktu (P vs T)
6. P/Z vs produksi kumulatif (untuk reservoir gas)

Grafik yang umum digunakan pada penelitian ini adalah tipe pertama (q vs t), dimana keduanya memberikan pendekatan grafis yang dinamakan decline curve.
Kurva penurunan (decline curve) terbentuk akibat adanya penurunan produksi yang disebabkan oleh penurunan tekanan statis reservoir seiring dengan diproduksikannya hidrokarbon, yaitu minyak atau gas. Para ahli reservoir mencoba menarik hubungan antara laju produksi terhadap waktu dan terhadap produksi kumulatif dengan tujuan memperkirakan produksi yang akan datang (future production) dan umur reservoir (future life). Kurva atau pola decline suatu produksi dicirikan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :
● Laju produksi awal atau laju produksi dalam kurun waktu tertentu
● Kelengkungan kurva decline
● Konstanta decline

Ketiga faktor diatas merupakan kombinasi dari parameter geologi (fasies), parameter reservoir (porositas, permeabilitas, saturasi, permeabiltas relatif, dan dimensi reservoir), pengaruh kondisi sumur, fasilitas dan mekanisme pengangkatan. Faktor yang mempengaruhi penurunan produksi secara langsung :
1. Penurunan tekanan rata-rata reservoir
2. Perubahan mekanisme pendorong di dalam reservoir
3. Perubahan sifat fisik fluida dan batuan

Syarat-syarat dalam menganalisa kurva decline adalah :
1 Jumlah sumur yang aktif harus konstant
2Tidak ada perubahan choke atau perubahan kapasitas dan mekanisme pengangkatan
3. Tidak ada masalah di lubang sumur (problem produksi)
4. Tidak ada masalah dengan fasilitas atau gangguan dari surface

Decline curve yang digunakan pada saat ini merupakan plot dari rate produksi vs waktu pada kertas semilog, log-log, dan kertas skala tertentu. Analisa decline curve memerlukan beberapa data produksi, dan data-data ini merupakan data yang paling mudah diperoleh karena selalu dicatat dengan teliti sehingga cara yang paling mudah untuk penafsiran adalah mencari hubungan antara rate produksi terhadap waktu dan produksi kumulatif, kemudian mengekstrapolasikan hubungan itu sampai suatu batas ekonomis. Titik potong ekstrapolasi dengan batas ekonomis itu menunjukan kemungkinan sumur dan recovery di masa mendatang. Anggapan yang digunakan pada metode decline curve adalah performa (perilaku) reservoir di masa datang tetap sama dengan performa reservoir di masa lalu.
Secara umum decline dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu exponential decline, hyperbolic decline dan harmonic decline. Berdasarkan harga eksponent decline-nya atau lebih dikenal dengan “b”. Pada subbbab berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai perbedaan dari ketiga tipe decline tersebut. Berikut pada gambar 3.6 akan memberikan gambaran bentuk kurva dari exponential decline, hyperbolic decline dan harmonic decline.


Gambar 3.6
Tipe Decline Curve


Exponential Decline
Jika log rate produksi diplot terhadap waktu maka akan terjadi straight line (garis lurus) pada kertas semilog hal ini dinamakan dengan exponential deline. Exponential decline curve disebuit juga geometric decline atau semilog decline atau constant percentage decline mempunyai ciri khas yaitu penurunan produksi pada suatu interval waktu tertentu sebanding dengan laju produksinya.
Atas dasar hubungan di atas, apabila variabel-variabelnya dipisahkan maka dapat ditarik beberapa macam hubungan yaitu hubungan antar laju produksi terhadap waktu dan hubungan laju produksi terhadap produksi kumulatif. Kurva penurunan yang konstan ini hanya diperoleh bila eksponen decline adalah nol (b=0). Secara sistematis bentuk kurva penurunanya menjadi sebagai berikut :
q = qi .......................................................................................................................... 3.12
Keterangan :
q = laju produksi pada waktu t, BOPD
qi = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD
Di = Initial nominal exponential decline rate, 1/waktu.
t = waktu, hari
e = bilangan logaritma (2,718)
ta = umur produksi
qa = laju produksi abandonment, BOPD

Berikut persamaan yang digunakan dalam analisa exponential decline curve :
● Nominal exponential decline rate-nya (Di), adalah:
........................................................................................................................ 3.13

● Laju produksi ( rate production ) peramalan
 q = qi  ..................................................................................................................... 3.14

● Kumulatif produksi (Np)
   ................................................................................................................... 3.15

● Jika ekonomi limitnya diketahui (qabandonment) maka dapat diketahui umur produksi hingga batas perolehan akhir yaitu :  
  =..................................................................................................................... 3.16

Hyperbolic Decline
Adanya data-data produksi terhadap waktu yang diplot pada kertas semilog tidak membentuk garis lurus (straight line) tetapi akan melengkung, situasi ini biasanya dimodelkan dengan persamaan hyperbolic. Tipe kurva seperti ini, dikatakan sebagai hyperbolic decline harga exponent decline (b) lebih dari 0 dan kurang dari 1 (0<b<1).

Persamaan umum untuk hyperbolic decline adalah:
.................................................................................................. 3.17
Keterangan :
q   = laju produksi pada waktu t, BOPD
qi  = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD
Di = Initial nominal exponential decline rate, 1/waktu.
t    = waktu, hari
e   = bilangan logaritma (2,718)
ta  = umur produksi
qa = laju produksi abandonment, BOPD
b = eksponen decline

● Nominal exponential decline rate-nya (Di) adalah :
......................................................................................................................... 3.18

● Kumulutif produksi (Np)
........................................................................................ 3.19

●  Jika ekonomi limitnya diketahui (qabandonment) maka dapat diketahui umur produksi hingga batas perolehan akhir yaitu :
..............................................................................................................................3.20

Harmonic Decline
Kurva penurunan produksi dari tipe harmonic ini sebenarnya merupakan bentuk khusus dari tipe hyperbolik dengan harga exponent decline (b) = 1. Besarnya penurunan produksi per satuan waktu sebanding dengan besar laju produksi itu sendiri.
Bentuk harmonic decline curve merupakan bentuk khusus dari hyperbolic decline dengan harga b=1. Hubungan laju produksi terhadap waktu secara matematis :
 ...................................................................................................... 3.21
Keterangan :
q   = laju produksi pada waktu t, BOPD
qi  = laju produksi minyak pada saat terjadi decline (initial), BOPD
Di = Initial nominal exponential decline rate, 1/waktu.
t    = waktu, hari
e   = bilangan logaritma (2,718)
ta  = umur produksi
qa  = laju produksi abandonment, BOPD
b  = eksponen decline

● Nominal exponential decline rate-nya (Di) adalah :
........................................................................................................................... 3.22

● Kumulatif Produksi (Np)
 .................................................................................................................... 3.23

● Jika ekonomi limitnya diketahui (qabandonment) maka dapat diketahui umur produksi hingga batas perolehan akhir yaitu :
.......................................................................................................................... 3.24

Maka, hasil yang didapat dari metode emperical ini adalah :
● Nilai dari decline exponent (b).
● Nilai dari ini initial decline (Di) yaitu perbandingan antara besarnya penurunan laju produksi dalam setahun.
● Berapa lamanya jangka waktu sumur akan dapat berproduksi.
● Nilai dari kumulatif produksi maksimal suatu lapisan ( EUR ).

● Nilai dari sisa cadangan yang masih bisa diproduksikan. 

Kamis, 23 April 2015

SEJARAH OFFSHORE

         Sering orang-orang bertanya tentang sejarah "kapan pertama kali pencarian minyak di lepas pantai dimulai?". Jawabannya cukup susah. Apakah kita merujuk pada tahun 1896, ketika spekulator properti H.L.Williams memperkenalkan pengeboran sumur pertama kali di lautan dari dermaga buatan di Summerland, Kalifornia ke dalam Terusan Santa Barbara? Atau terjadi 5 tahun sebelumnya di Ohio, di mana sumur minyak pertama kali tidak dibor dari daratan, tapi dari sebuah danau buatan yang disebut Grand Lake St. Mary's? Apakah kita menganggap lahirnya industri lepas pantai dengan anjungan Creole, anjungan laut berdiri bebas yang dibangun oleh Pure Oil dan Superior Oil yang selesai pada bulan Maret 1938, yang terletak 1.5 mil dari pantai dan 13 mil dari Cameron, Louisiana? Atau penghormatan diberikan kepada Kermac 16 milik Kerr-McGee, sumur minyak pertama "tidak nampak dari daratan" yang mulai berproduksi pada tanggal 14 Nopember 1947, yang terletak 10.5 mil dari pantai Terrebonne Parish - Lousiana?


       Pada semua yang dianggap "yang pertama" ini, telah terjadi suatu hal yang meyakinkan. Tetapi tidak satupun di antara mereka secara tehnis bisa dianggap sebagai pendahulu pada industri minyak lepas pantai modern. Mereka semuanya cuma mengenai bermacam variasi tehnik pengeboran daratan yang diterapkan di lepas pantai. Pengakuan yang demikian, memerlukan suatu keberanian dan kerja keras, bukan hanya konseptual atau lompatan khayalan yang memisahkan rig dari dasar laut dan memungkinkan operasi secara mengambang seperti rekayasa bawah laut sekarang, yang barangkali akan cukup membingungkan dibanding dengan pengeboran di darat.

         Lompatan itu pertama kali dilakukan pada bulan Januari 1962, ketika suatu alat aneh disewa oleh Shell Oil yang disebut sebagai "Blue Water 1", yang menorehkan sebuah catatan sumur lepas pantai di kedalaman air 297 kaki di teluk Meksiko. Dan ini, kedalaman airnya setidaknya 3 kali lebih dalam dari sumur-sumur yang pernah dibor dengan armada pengeboran berpindah yang lain, seperti rig rendam (submersible) dan jackup. Koran-koran New Orleans kagum pada kedalaman air yang dicapai. Para pengamat di luar sibuk membayangkan bagaimana "Blue Water 1" bisa tetap tenang mengambang di laut. Isupun merebak bahwa itu bertumpu pada sebuah batu karang. Para pesaing yang iri, mengintai dengan helikopter & kapal. Bahkan sebuah helikopter dengan nekadnya mau mencoba mendarat di helipad Rig, tetapi tidak diijinkan. Senator Oklahoma, Robert Kerr yang juga pemilik perusahaan Kerr-McGee, kepengin sekali untuk melihatnya. Kemudian secara pribadi mengelilingi rig beberapa kali, pertama kali dengan pesawat kemudian dengan kapal. Tetapi seperti yang lain, dia pergi masih penuh dengan teka-teki di benaknya.

          Pelayaran pertama "Blue Water 1" berlangsung sebulan sebelum astronot NASA John Glenn menjadi orang Amerika pertama yang berhasil mengorbit bumi. Kedua misi mengungkap penemuan kemampuan manusia untuk mengeksplorasi batas kenyamanan di luar daratan. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1962, Shell Oil secara dramatis mengungkap detail "anjungan pengeboran apung" terbarunya. Dengan sistim penambat 8-jangkar yang tersembunyi di bawah air, rig rendam yang sudah dirubah ini, dilengkapi agar bisa beroperasi pada kedalaman 600 kaki tanpa duduk di dasar laut. Selain mengumumkan keberhasilan mengebor dari anjungan, Shell juga melaporkan kemajuan tehnik penyelesaian pada sumur-sumur di dasar laut dengan sistim pengendalian jarak jauh dari permukaan.
Terkuaknya "Blue Water 1" telah mengakhiri spekulasi industri selama dua tahun tentang misteri rig yang diciptakan oleh Shell dan berita-berita nasional terkesan menggembar-nggemborkan dua terobosan tehnis. Wall Street Journal melaporkan :"Para pencari minyak sekarang bisa menemukan dan memproduksi minyak di laut terbuka tanpa memandang kedalaman dan jaraknya dari daratan"..

     
         "Mr. Cap", rig Jack up pertama kali yang mengebor di Laut Utara - Inggris pada tanggal 26 Desember 1964, dioperasikan oleh American Overseas Petroleum Ltd. Lokasi pengeborannya berada kira-kira 165 mil di laut, dan saat itu dianggap yang terjauh dari pantai. Rig ini merupakan Rig ketiga buatan LeTourneau, dibangun pada tahun 1957. Meskipun hasilnya kurang bagus, tetapi sumur ini telah memecahkan rekor, membuktikan kemampuannya mengebor sepanjang tahun pada lingkungan Laut Utara yang ganas. Kemudian oleh perusahaan Reading & Bates, "Mr. Cap" diganti namanya menjadi "Chris Seger"....

Kamis, 19 Maret 2015



EVALUASI PELAKSANAAN  WATERFLOODING UNTUK OPTIMALISASI PENINGKATAN  RECOVERY FACTOR PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”

I.                   Latar Belakang Masalah dan Teori Dasar

Lapangan hidrokarbon setelah sekian lama diproduksikan akan mengalami penurunan produksi karena force/tenaga untuk mengeluarkan fluida ke dalam sumur sudah semakin berkurang. Berkurangnya tenaga pendorong bisa terlihat dengan dipasangnya pompa atau gas lift pada sumur sembur alam (natural flow) yang tidak dapat mengalir dengan sendirinya. Begitupun sumur pompa atau gas lift yang lambat laun akan menjadi kering. Untuk menambah pengurasan lapangan dan drive force, dikembangkan teknik-teknik yang kemudian disebut dengan Enhanced Oil Recovery (EOR)
            Waterflooding adalah metode pengurasan sekunder dimana air diinjeksikan kedalam reservoir untuk mendapatkan tambahan perolehan minyak dengan mendorong minyak yang masih terdapat dalam reservoar ke sumur produksi, setelah reservoir tersebut telah mencapai batas ekonomis tahap pengurasan primer. Air diinjeksikan pada zone hidrokarbon.
            Injeksi air merupakan salah satu metoda EOR yang paling banyak dilakukan sampai saat ini. Biasanya injeksi air digolongkan ke dalam injeksi tak tercampur

Karakteristik reservoar yang perlu dipertimbangkan untuk keberhasilan waterflooding
adalah :
●   Geometri dan kontinutas reservoar
●   Sifat-sifat fluida reservoar, viskositas minyak
●   Kedalaman reservoar, tekanan kritis ~ 1 psi/ft
●   Sifat litologi dan batuan reservoar
●   Saturasi fluida
●   Tenaga alami reservoar (reservoir driving mechanisms)

Pemakaian injeksi air sebagai meloda untuk menaikan peralehan minyak dimulai pada tahun 1880 setelah John F. Carll menyimpulkan bahwa air tanah dari lapisan yang lebih dangkal dapat membantu produksi minyak. Secara tidak sengaja, hal telah terjadi sebelum di Pennsylvania opada tahun 1865. Tujuan Injeksi air adalah mengimbangi penurunan tekanan reservoir dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir.

Perencanaan Waterflood
Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada perkiraan hasil dari proses waterflood itu sendiri. Perkiraan ini bisa baik atau buruk tergantung pada kebutuhan khusus dari proyek atau keinginan pelaksana. Lima langkah utama dalam perencanaan waterflood adalah ;
  1. Evaluasi reservoir meliputi hasil  hasil produksi dari primary recovery
  2. Pemilihan waterflood plan yang potensial
  3. Perkiraan laju injeksi dan produksi
  4. Prediksi oil recovery untuk setiap perencanaan proyek waterflood
  5. Identifikasi variabel-variabel yang menyebabkan ketidaktepatan analisa secara teknik
Analisa teknik produksi waterflood dilakukan dengan memperkirakan jumlah volume dan kecepetan fluida. Perkiraan diatas juga  berguna untuk penyesuaian atau pemilihan peralatan serta sistem pemeliharaan ( treatment ) fluida.

a.   Penentuan Lokasi Sumur Injeksi-Produksi
Pada umumnya dipegang prinsip bahwa sumur-sumur yang sudah ada sebelum injeksi dipergunakan secara maksimal pada waktu berlangsungnya injeksi nanti. Jika masih diperlukan sumur-sumur baru maka perlu ditentukan lokasinya. Untuk memilih lokasi sebaiknya digunakan peta distribusi cadangan minyak tersisa. Pada daerah yang sisa minyaknya masih besar mungkin diperlukan lebih banyak sumur produksi daripada daerah yang minyaknya tinggal sedikit. Peta isopermeabilitas juga membantu dalam memilih arah aliran supaya penembusan fluida injeksi (breakthrough) tidak terjadi terlalu dini.

b.   Penentuan Pola Sumur Injeksi-Produksi
Salah satu cara untuk meningkatkan faktor perolehan minyak adalah dengan membuat pola sumur injeksi-produksi, yang bertujuan untuk mendapatkan pola penyapuan yang seefisien mungkin. Tetapi kita harus tetap memegang prinsip bahwa sumur yang sudah ada sebelum injeksi harus dapat digunakan semaksimal mungkin pada waktu berlangsungnya injeksi nanti.
Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan pola sumur injeksi produksi tergantung pada:
●  Tingkat keseragaman formasi, yaitu penyebaran permeabilitas ke arah lateral maupun ke arah vertikal.
●  Struktur batuan reservoir meliputi patahan, kemiringan, dan ukuran.
●  Sumur-sumur yang sudah ada (lokasi dan penyebaran).
●  Topografi.
●  Ekonomi.
Pada operasi waterflood sumur-sumur injeksi dan produksi umumnya dibentuk dalam suatu pola tertentu yang beraturan, misalnya pola garis lurus, empat titik, lima titik, tujuh titik, dan sebagainya (seperti yang terlihat pada gambar)
Pola sumur dimana sumur produksi dikelilingi oleh sumur-sumur injeksi disebut dengan pola normal. Sedangkan bila sebaliknya yaitu sumur-sumur produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola inverted. Masing-masing pola mempunyai sistem jaringan tersendiri yang mana memberikan jalur arus berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah penyapuan yang berbeda-beda.
c.   Penentuan Debit dan Tekanan Injeksi
Debit injeksi yang akan ditentukan di sini adalah untuk sumur-sumur dengan pola tertutup dengan anggapan bahwa mobility ratio (M) sama dengan satu. Besarnya debit injeksi tergantung pada perbedaan tekanan injeksi di dasar sumur dan tekanan reservoirnya.
Bentuk persamaan dikembangkan dari persamaan Darcy sesuai dengan pola sumur injeksi-produksi,sebagai berikut :
Persamaan yang disebutkan diatas adalah laju injeksi dari fluida yang mempunyai mobilitas yang sama (M=1) karena reservoir minyak terisi oleh cairan saja.
Untuk menentukan laju injeksi sampai dengan terjadinya interferensi digunakan persamaan:
Untuk mencapai keuntungan ekonomis yang maksimal, biasanya diinginkan debit injeksi yang maksimal, namun ada batasan yang harus diperhatikan. Batas bawah debit injeksi adalah debit yang menghasilkan produksi minyak yang merupakan batas ekonomisnya. Batas atas debit injeksi adalah debit yang berhubungan dengan tekanan injeksi yang mulai menyebabkan terjadi rekahan di reservoir.
Analisa berikutnya adalah injeksi air dari interface sampai dengan fill-up. Besarnya laju injeksi pada perioda ini dinyatakan dengan persamaan :
iwf = t x i   ………………………………………………………………………….     (3-6)
Dengan diketahuinya laju injeksi pada setiap periode dari perilaku water flood, maka diramalkan waktu injeksi dari setiap periode.

II.               Maksud dan Tujuan
Alasan-alasan sering digunakannya injeksi air ialah:
●  Mobilitas yang cukup rendah
●  Air cukup mudah diperoleh
●  Pengadaan air cukup murah
●  Berat kolom air dalam sumur injeksi turut menekan, sehingga cukup banyak mengurangi besarnya tekanan injeksi yang perlu diberikan di permukaan; jika dibandingkan dengan injeksi gas, dari segi ini berat air sangat menolong.

● Air biasanya mudah tersebar ke seantero reservoir, sehingga menghasilkan efisiensi penyapuan yang cukup tinggi.

Effisiensi pendesakan air juga cukup baik. sehingga harga Sor sesudah injeksi air = 30% cukup mudah didapat.






III.            Metode Yang Digunakan
Metodologi penelitian tugas akhir meliputi yaitu :
 1. Mengumpulkan dan mengidentifikasi data geologi, data reservoir, dan data produksi dari sumur yang akan diproduksi
 2. Menghitung besar OOIP sumur yang dikaji dengan menggunakan data geologi dan data reservoir
3. Pengeplotan data produksi minyak actual sebelum dan setelah injeksi.
4. Menghitung harga qoforecast , Npforecast , dan umur produksi sumur sebelum dan setelah injeksi.
 5.Menghitung besar EUR dan RF sebelum dan sesudah injeksi.
6. Menghitung besar peningkatan perolehan minyak dengan cara menghitung selisih antara EUR dan RF setelah injeksi dengan EUR dan RF sebelum injeksi.
 7. Mengevaluasi peningkatan perolehan minyak apakah pelaksanaan waterflooding berhasil atau tidak

IV.             Rencana Pelaksanaan Tugas Akhir
Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 2 bulan ( 8 minggu). Dan selama waktu tersebut diharapkan kajian ini dapat selesai tepat waktu. Untuk itu, saya mengajukan rencana pelaksanaan penelitian dibawah ini.
                                                       
WAKTU
RENCANA KEGIATAN
Minggu Pertama

·         Pengenalan Lapangan
·         Penentuan sumur yang akan dijadikan bahan kajian
·         Identifikasi topik/masalah yang akan dikaji
·         Diskusi
·         Laporan mingguan
Minggu kedua

·         Letak geografis dan kondisi geologi regional lapangan
-          Geologi umum
-          Stratigrafi Geologi
-          Struktur Lapangan
·         Diskusi
·         Studi pustaka
·         Laporan mingguan
Minggu ketiga

·         Sejarah Lapangan
·         Sifat fisik batuan dan fluida reservoir
·         Studi pustaka
·         Diskusi
Minggu keempat

·         Sejarah Produksi Lapangan
·         Diskusi
·         Laporan mingguan
Minggu kelima

·         Penentuan Jumlah Minyak Mula-mula Ditempat(OOIP)
·         Injeksi Air (Waterflooding)
o   Mekanisme Pendesakan Minyak Oleh Air
o   Mobilitas Ratio
o   Efisiensi Kinerja Waterflood
o   Deskripsi Metode Buckley Laverett
·         Diskusi
·         Studi Pustaka
·         Laporan mingguan
Minggu keenam

·        Perkiraan Oil Recovery
o   Estimasi Cadangan yang Bisa Diproduksikan (EUR
o   Recovery Factor (RF)
o   Estimasi Cadangan Sisa (ERR)
o   Penentuan Peningkatan Perolehan Minyak
·         Diskusi
·         Studi Pustaka
·         Laporan mingguan
Minggu ketujuh

·        Perhitungan qoforecast, Np forecast ,EUR, Umur Produksi dan Recovery Factor (RF) untuk Tahap Sebelum Injeksi Air
·        Prediksi Laju Produksi dan Kumulatif Produksi (qo forecast dan Np forecast)
·        Perhitungan qoforecast, Np forecast ,EUR, Umur Produksi dan Recovery Factor (RF) untuk Tahap Setelah Injeksi  Air
·         Diskusi
·         Studi Pustaka
Minggu kedelapan

·         Penentuan Peningkatan Perolehan Minyak
·         Evaluasi Pelaksanaan Waterflooding Dibandingkan Dengan Metode Prediksi
·         Evaluasi Penyimpangan Perilaku Produksi Actual Setelah Injeksi Air dengan Hasil Metode Prediksi
·         Perhitungan Efisiensi Kinerja Waterflooding
·         Diskusi


V.                Perkiraan Hasil Kajian
Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada perkiraan hasil dari proses waterflood itu sendiri. Perkiraan ini bisa baik atau buruk tergantung pada kebutuhan khusus dari proyek atau keinginan pelaksana. Analisa teknik produksi waterflood dilakukan dengan memperkirakan jumlah volume dan kecepetan fluida. Perkiraan diatas juga  berguna untuk penyesuaian atau pemilihan peralatan serta sistem pemeliharaan ( treatment ) fluida.

VI.             Manfaat Kajian
Penginjeksian air bertujuan untuk memberikan tambahan energi kedalam reservoir. Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak mengikuti jalur-jalur arus (stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir pada sumur produksi.Mekanisme kerjanya adalah dengan menginjeksikan air  ke dalam formasi yang berfungsi untuk mendesak minyak menuju sumur produksi (produser) sehingga akan meningkatkan produksi minyak ataupun dapat juga berfungsi untuk mempertahankan tekanan reservoir (pressure maintenance)